Tempat: Hotel Aryaduta Suites Semanggi, Ruang Edelweiss
Jl. Garnisun, No. 8, Setiabudi, Jaksel
Dunia Pendidikan di Indonesia saat ini sangat dinamis. Jumlah sekolah yang semakin bertambah, tuntutan orangtua yang semakin tinggi dan regulasi pemerintah menjadi sebagian dari tantangan yang dihadapi sekolah saat ini. Hal ini harus dilalui oleh sekolah sebagai bentuk peran serta dan ambil bagian dalam arus deras perkembangan pendidikan. Karena itu, sekolah dituntut untuk siap dan harus tangguh menghadapi gerak cepat ini. Ditambah lagi dengan era persaingan bebas pendidikan.
Majalah CIA (Cahaya Isnpirasi Anak) sebagai salah satu majalah literasi menjadi penyelenggara acara ini yang didukung oleh Hotel Aryaduta, Semanggi. Sebagai salah satu media anak yang fokus pada gerakan literasi sebagaimana dicanangkan oleh pemerintah saat ini, Majalah CIA sudah berada dalam kelas-kelas di 300 (tiga ratus lebih SD) di seluruh Indonesia. Kelas menjadi ruangan yang ideal untuk dilakukan kegiatan literasi baca (selain perpustakaan). Karena itu, majalah CIA bekerja sama dengan sekolah untuk hadir di hadapan anak-anak di kelas. Juga agar anak-anak terbiasa dengan dunia tekstual melalui kertas, bukan layar hp atau Ipod. Majalah CIA juga telah mendampingi lebih dari 6000 guru SD seluruh Indonesia dengan program Bagaimana Memanfaatkan 15 menit membaca setiap hari. Majalah CIA melalui tim DIKLAT memberikan pendampingan secara khusus terkait pola praktis dan sederhana dari membaca ke menggali nilai-nilai karakter untuk bapak dan ibu guru.
Mengambil tema, WAKTUNYA SCHOOL BRANDING, seminar sehari ini menghadirkan 3 (tiga) pembicara:
Selain mutu, tuntutan Yayasan menjadi semakin sulit direalisasikan. Program dan target Yayasan untuk sekolah yang baik, sering kali sulit untuk dapat direalisasikan karena situasi masalah-masalah di atas. Sekolah kadang merasa tidak relevan antara tuntutan Yayasan dengan kondisi real. Jadi kadang dijalankan hanya untuk memenuhi target normatif, sementara target kualititatif yang seharusnya dicapai dari program yayasan tidak menjadi poin utama. Ditambah lagi dengan sistem administrasi yang seringkali belum terintegrasi, sehingga sekolah masih harus memberikan penanganan khusus. Tidak sedikit waktu disita untuk membereskan urusan administrasi.
Tantangan lain Dari Dalam adalah terkait keuangan. Sekolah juga dituntut untuk dapat mengelola keuangan dengan baik dan tepat oleh yayasan. Anggaran yang serba terbatas, pola pengajuan yang rumit, sekolah jadi perlu ekstra berjuang saat ingin menjalankan suatu program yang oleh sekolah dinilai bisa membantu memperbaiki kualitas sekolah. Sisi lain, pihak sekolah terus berjuang untuk memperpendek Generation gap. Guru dari Gen X dan anak-anak dari Gen Milenials dengan behavior a, b, c menuntut mereka untuk segera menyesuaikan diri. Kerap kali hal ini, para guru tidak siap atau kurang tanggap. Akibatnya, komunikasi tidak lancer dan tidak nyambung.
Dari Luar, misalnya, Dinas. Program baru dan terkesan mentah tanpa guidance yang jelas, tapi sekolah dituntut untuk siap dalam rentang waktu tertentu sering menyeret waktu efektif sekolah. Bila tidak didituruti, sekolah dinilai bandel oleh dinas. Lalu, pertumbuhan jumlah sekolah yang semakin banyak. Sekolah-sekolah baru bermunculan dengan menawarkan fasilitas lebih baik, tim pengajar yang lebih berkualitas, kurikulum yang lebih advance, pola mengajar lebih menarik. Belu lagi pola marketing agresif dengan periode penerimaan siswa baru yang tidak serempak, berusaha saling mendahului.
Tantangan Dari Luar yang tidak kalah hebat adalah desakan para orang tua milenial yang berpendidikan tinggi, tuntutan tinggi (berkembangnya dunia sosmed dll), over protektif, merasa punya kapasitas untuk memberi "masukkan ke sekolah", merasa sangat sensitive dengan sekolah. Namun, kerap terjadi, mereka masuk ke dalam hal-hal yang menjadi ranah privat sekolah. Sekolah akhirnya disibukkan dengan menangani hal-hal privat ini.
Seminar ini diselenggarakan atas masukan beberapa sekolah terkait pentingnya membangun brand sekolah saat ini. Sebanyak 50 kepala sekolah (swasta dan negeri) yang hadir saat ini menjadi motor gerakan literasi yang giatkan oleh majalah CIA saat ini. Dengan tekad menjadi cahaya inspirasi anak-anak Indonesia, mereka datang dari sekolah-sekolah (swasta dan negeri) yang ada di JABODETABEK.
Jakarta, 23 Maret 2019
Majalah CIA (Cahaya Inspirasi Anak)
#nyalakanCIA #geraksamaCIA